Sekolah Tinggi Teologi Trinity Parapat

Sejarah

Sejarah STT Trinity

STT Trinity didirikan berawal dari kenyataan kehidupan masyarakat Kristen yang sangat memprihatinkan di Sumatera Utara, khususnya di sekitar Pulau Samosir. Lokasi yang dipilih adalah Parapat (SUMUT), yaitu sebuah kota yang sangat indah, diapit oleh gunung—gunung dan danau Toba, salah satu danau terbesar di seluruh dunia. Memang, salah satu pendorong utama dalam mendirikan STT tersebut adalah karena Pulau Samosir merupakan sebuah pulau besar, dengan mayoritas agama Kristen.

Namun, meskipun mayoritas penduduk adalah beragama Kristen, dalam kenyataannya, hingga saat ini belum ada satu pun Sekolah Teologia di daerah tsb. 

Sebagaimana disebutkan di atas, kondisi kekristenan di sana sangat merosot. Hal itu dapat diamati setelah berkali-kali melakukan pelayanan penginjilan (evangelisasi) secara langsung ke berbagai daerah di Samosir: Ambarita dan sekitarnya (tahun 2007), daerah Sianjurmula-mula (Limbong, Ginolat, Bonandolok pada tahun 2010), Mogang, Palipi, Sitio-tio, Nainggolan (2011). Salah satu petunjuk dari merosotnya kerohanian penduduk adalah persentasi yang sangat kecil dari penduduk yang beribadah pada setiap hari Minggu. Dalam kondisi demikian, keadaan akan semakin buruk karena ancaman besar yang datang berasal dari penganut kuasa kegelapan (perdukunan). Kita berkali-kali mendengar kisah perdukunan di tempat-tempat tertentu yang mengakibatkan berbagai masalah dan penderitaan besar. Kita juga membaca, baik melalui media cetak atau elektronik berita yang sangat menyedihkan, yang tidak masuk akal, yaitu adanya penduduk dibunuh dan dibakar hidup-hidup akibat dituduh memelihara begu ganjang (istilah itu, secara harfiah dapat dimengerti dengan “roh atau setan yang panjang”). Selain itu, pada tanggal 18 Juni 2011 yang lalu, juga diberitakan adanya perilaku aneh lainnya. Ketika penduduk setempat di sekitar Pulau Samosir menemukan seekor ikan besar mati di danau, mereka menganggap itu sebagai penjelmaan dewa. Karena itu, mereka menguburkan ikan tsb, layaknya sebagai manusia dengan peti mati, ulos (selendang resmi yang dipakai menutup mayat orang hidup), dan upacara pemakaman!

Tentu petunjuk kecil seperti di atas membuat kita harus segera berbuat sesuatu untuk memulihkan dan membangun iman umat, sebagaimana perintah Tuhan Yesus di atas. Namun selain alasan di atas, ada kebutuhan lain, juga sangat mendesak. Hal itu adalah kebutuhan akan hamba-hamba Tuhan, yang memiliki pemahaman teologi yang mendalam, yang sungguh-sungguh Injili. Yang dimaksud dengan Injili adalah hamba-hamba Tuhan yang percaya sepenuhnya kepada Alkitab sebagai Firman Allah, satu-satunya sumber otoritas tertinggi yang menentukan ajaran dan norma kehidupan. Sejalan dengan itu, juga percaya dan mengakui Allah Tritunggal (Trinity). Jadi, bukan saja mengakui YHWH di dalam Perjanjian Lama sebagai Allah, tetapi juga adanya pribadi kedua, yaitu Yesus Kristus dan pribadi ketiga, Roh Kudus, yang juga adalah Allah. Kami berpendapat hamba-hamba Tuhan seperti di atas sangat dibutuhkan, terutama pada masa kini dan yang akan datang, di mana Gereja Tuhan di berbagai tempat sedang diancam oleh teolog-teolog liberal, yang menolak kewibawaan Alkitab dan Allah Tritunggal. Itulah sebabnya, STT TRINITY didirikan. Nama TRINITY ingin menyatakan dan memproklamirkan Allah Tritunggal: Bapa, Anak dan Roh, yang merupakan sumber hidup dan penopang semua manusia, dan bukan allah lain, juga bukan kuasa kegelapan.

 “Lalu mengapa tidak menggunakan nama TRINITAS”? demikian beberapa rekan hamba Tuhan menanyakan. Secara terus terang dan jujur, nama tsb di atas juga menunjukkan kekaguman dan rasa syukur saya kepada kampus TTC (Trinity Theological College) Singapura, di mana saya dibina dalam bidang teologi selama kira-kira sepuluh tahun (berturut-turut mengikuti program M.Div, M.Th dan Doctor of Theology). Sebenarnya, bukan hanya saya, banyak hamba Tuhan dari Indonesia yang bersyukur karena mendapat kesempatan untuk studi teologi di sana, termasuk dari denominasi besar, seperti HKBP dan GKI. Saya berharap dengan berdirinya STT dengan nama tsb di atas, rekan-rekan alumni TTC dengan sukacita menjadikan itu menjadi salah satu tempat mereka membagi ilmunya. Bukan saja demikian, saya juga berharap dan berdoa lulusan terbaik dari STT TRINITY dapat melakukan studi lanjut di TTC Singapura. Demikian juga, dengan dosen-dosen yang ingin melakukan studi lanjut. Berdasarkan pengalaman saya selama studi di TTC, saya sangat yakin bahwa hal tsb di atas akan menjadi kenyataan. Hal itu disebabkan banyaknya pimpinan TTC (termasuk dosen-dosen berkwalitas) yang sangat ingin membantu Indonesia, termasuk dalam bidang teologi. Akhir kata, marilah kita berdoa, kiranya berkat kerja sama dan kerja keras kita bersama, STT TRINITY dipakai-Nya untuk membina dan memperlengkapi semakin banyak orang untuk dipersembahkan bagi pembangunan Indonesia tercinta. Soli Deo gloria.

Scroll to Top